- Kutitipkan Sepotong Cinta Di Hatimu
- Akankah Genos Menjadi Layanan Jasa Tepi Jalan
- Diduga Tidak Berfungsinya Autothrottle Penyebab jatunya Sriwijaya SJ 182
- Sidang Tertutup Penentuan Kehalalan Vaksin Sinovac Dimulai Hari Ini Oleh MUI
- Prof Muzakir: Dalam Hal Apa HRS Menyebabkan Kedaruratan Kesehatan
- Waketum MUI: Untuk Apa PTPN Ambil Tanah HRS Kalau Tak Digunakan?
- Cara Abadikan Cahaya Malam Hari, Begini Caranya
- Pembangkit listrik luar angkasa, bagaimana cara kerjanya?
- Janji Malaysia Atas Unggahan Video Lagu Indonesia Raya Yang Menghina NKRI
- Ilmuan NASA Sukses Melakukan Demonstrasi Teleportasi Kuantuan Jarak Jauh
Rebel Food Bakal Masuk Indonesia, Warung Makan dan Restoran Terancam?
Rebel Food menabuh genderang
perang. Mereka akan masuk ke Indonesia segera. Dalam 18 bulan kedepan rencana
perangnya jelas. Membuka 100 dapur. Sekali lagi dapur, bukan restoran.
Rebel Food ini lahir di India.
Tahun 2011. Foundernya dua orang. Jaydeep Burman dan Kallol Barnerjee. Pada
tahun 2018 merubah brand nya menjadi Rebel Food Pvt. Ltd. Private, Limited.
Baca Lainnya :
- Habib Rizieq Tegaskan RUU HIP Wajib Ditolak0
- Jacinda Ardern, Anies R Baswedan, dan Catatan Sukses Melawan Covid0
- Waralaba atau Korporatisasi?0
- Fonterra si Koperasi 200 Triliun0
- Bangkrut, Dorce Ibu Asuh 600 Anak Yatim Melamar Jadi Sopir Raffi-Nagita 0
Gak main-main, saat ini di
India Rebel Food sudah bangun 235 dapur di 20 kota di India. Dan beraliansi
dengan 1.600 restoran. Besaran pelanggannya total 2 juta pesanan setiap pekan.
Sesuai namanya, Rebel Food ini
memang bisnis model pemberontakan. Mereka melakukan pemberontakan pada status
quo bisnis restoran yang tinggi pada modal, repot pada lokasi.
Bangun restoran itu tempatnya
harus strategis, areanya harus luas, akhirnya biaya tempatnya mahal. Berbeda
dengan dapur yang relatif minim area, dan gak perlu tempat strategis, yang
penting ojeg online bisa masuk. Mobil logistik bisa drop bahan baku. Udah.
Hadirnya platform pesan antar
melibas kebutuhan tempat sebagai inisiasi transaksi makanan. Maka Rebel Food
ambil Positioning sebagai Online Food Ordering sedari awal. Mereka beroperasi
tanpa restoran, hanya bangun tempat produksi, dan bangun kekuatan marketing
sales via online. Dan boom. Berhasil.
Kompetensi Rebel Food kini
dilirik Gojek. Gojek berinvestasi 5 juta dollar ke Rebel Food untuk masuk ke
Indonesia. Setelah OYO dari India masuk merambah manajemen ribuan property di
Indonesia, kini untuk dapur pun India akan masuk.
Bersiap benturan. Saya jadi
teringat ketika para pegiat penjualan online ramai-ramai listing di
marketplace. Jutaan anak bangsa pedagang pemula mencari peruntungan di pasar
maya. Kita membangun traffic, membangun keramaian, dan mengajak pembeli kita ke
pasar itu, karena dianggap lebih rapi transaksi. Ada jaminan keamanan pembeli.
Lama kelamaan pemain besar
masuk. Pedagang mula yang berdagang sepatu dari pabrik, besok-besok pabriknya
yang melisting di pasar maya. Jelas kalah harga. Jelas kalah stok barang.
Wassalam. Pasar maya jadi pasar berdarah-darah, kecuali jika produk Anda khas,
cuma Anda sendiri yang punya.
Nampak sejarah akan terus
berulang, setelah puluhan ribu resto kaki lima mengajak pelanggannya untuk
pesan online saja di delivery online anu food. Maka hari ini anu food akan
bikin dapur sendiri, akan jualan sendiri.
Selalu begitu pola model “hack
market” nya. Mitra diajak berjualan di pasar maya, setelah pelanggannya hadir,
pelanggan di cross selling dengan produk lain yang lebih kompetitif di rasa dan
harga.
Apakah ini salah?
Apakah ini gak etis?
Gak ada yang bisa menghukumi.
Alam ekonomi pasar bebas hari ini melegalkan setiap entitas bisnis untuk
bersaing terbuka dan keras di lapangan. Dan rasanya itu yang dianut negeri ini,
walau Pancasila mengatakan “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”,
tapi ruh sosialisme itu hampir-hampir gak ada bekasnya.
Jadi rasanya sia-sia mau
marah-marah, atau misuh-misuh. Nampaknya kita harus membangun sikap positif
yang membangun.
Inggris menyerang Surabaya.
Setelah Indonesia memproklamasikan diri, ada yang mau coba peruntungan kedua
untuk agresi kembali. Ingin melakukan kependudukan lagi.
Kabar bahwa penjajah mau
datang, menggerakkan ratusan ribu mujahid di Surabaya. Teriakan Takbir Bung
Tomo menggerakkan anak muda Jawa Timur dalam menghadang penjajah. Hasilnya
Inggris gagal duduki Surabaya. Jenderal Inggris terbaik tewas saat itu.
Hari ini berbagai kabar kita
terima. Salah satunya adalah urusan dapur. Untuk urusan perut saja, rasanya
bangsa asing juga semangat banget mau “ngasih makan”. Mereka akan menjajah
perut anak bangsa. Itu fakta.
Benturan tak dapat dihindarkan.
Pertarungannya nanti sudah
jelas, siapa yang kuat di cita rasa, siapa yang kuat dalam men engage
pelanggan, siapa yang kuat dalam struktur biaya, dia yang akan bertahan dalam
benturan ini.
Sudah saatnya restoran dilawan
dengan restoran. Dapur dilawan dengan dapur. Rasa dilawan dengan rasa. Harga
dilawan dengan harga. Visual memukau dilawan dengan visual memukau.
Nampaknya kita harus bersiap
menggeser pemikiran dari restoran yang padat modal dan repot tempat, menuju
dapur yang ringan modal dan bebas tempat.
Selamat berperang wahai anak
bangsa.
Jangan mengeluh, angkat senjata!
Tulisan ini telah tayang di berdaulat.id dengan judul "Rebel Food Bakal Masuk Indonesia, Warung Makan dan Restoran Terancam?"
