- Kutitipkan Sepotong Cinta Di Hatimu
- Akankah Genos Menjadi Layanan Jasa Tepi Jalan
- Diduga Tidak Berfungsinya Autothrottle Penyebab jatunya Sriwijaya SJ 182
- Sidang Tertutup Penentuan Kehalalan Vaksin Sinovac Dimulai Hari Ini Oleh MUI
- Prof Muzakir: Dalam Hal Apa HRS Menyebabkan Kedaruratan Kesehatan
- Waketum MUI: Untuk Apa PTPN Ambil Tanah HRS Kalau Tak Digunakan?
- Cara Abadikan Cahaya Malam Hari, Begini Caranya
- Pembangkit listrik luar angkasa, bagaimana cara kerjanya?
- Janji Malaysia Atas Unggahan Video Lagu Indonesia Raya Yang Menghina NKRI
- Ilmuan NASA Sukses Melakukan Demonstrasi Teleportasi Kuantuan Jarak Jauh
KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM BUDAYA MINANGKABAU
Keterangan Gambar : Ilustrasi (suara.com)
KEPEMIMPINAN PEREMPUAN BERLANDASAN “ADAT BASANDI SYARAK – SYARAK
BASANDI KITABULLAH” DALAM BUDAYA MINANGKABAU, di SUMATERA BARAT
Oleh : H. Mas’oed Abidin[1]
Baca Lainnya :
- Peran Surau Dalam Menfasilitasi Anak Muda Minang untuk Merantau0
- Silaturahim Berbuah Rezeki0
- Seru! UAS Diskusi Dengan Rocky Gerung: Covid Untuk Menguji Kedunguan0
- Heboh, Fajrin, Mantan Penjual Mie Ayam Jadi Direktur Telkom.0
- Waspada! Orang Tua Dampingi Selalu Putra Putri Anda ber Medsos0
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ
النَّاسَ عَلَيْهَا
لآ تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ
أَكْثَرَ النَّاسِ لآ يَعْلَمُونَ
Artinya, “Maka tegakkan wajahmu (berjuanglah) untuk agama Islam
yang hanif ini. Inilah agama fitrah yang Allah telah ciptakan manusia selaras
dengannya. Tidak ada perubahan dalam penciptaan Allah. Itulah agama (pegangan
hidup) yang kekal bernilai. Tetapi kebanyakan manusia tidak mau mengerti”
(QS.ar Rum : 30)
Mukaddimah
BILA KITA DALAMI Dasar
Falsafah Minangkabau, ada 3 rahmat yang diberikan Tuhan kepada nenek moyang
Minangkabau yaitu Pikiran, Rasa (dalam diri manusia), dan Keyakinan (dalam
agama yang diyakini), yaitu Islam.
Dengan demikian orang Minangkabau hidup berbekal moril dan materil.
Bekal moril dia bisa hidup menyesuaikan diri di mana saja di tanah
perantauannya. Dengan materil mampu berusaha menurut ukuran keahlian
masing-masing. Dengan kedua bekal itu pula ada kewajiban membimbing generasi
merebut sukses dunia dan akhirat, sesuai bimbingan syarak (agama Islam).
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ
مَا قَدَّمَتْ لِغَد
Artinya, Wahai orang yang beriman, hendaklah kamu bertaqwa kepada
Allah, dan hendaklah setiap diri merenungkan apa yang telah dilakukannya untuk
hari esok (hari akhiratnya) (QS.al Hasyr : 18).
Orang Minangkabau adalah ahli-ahli politik karena mendapat pepatah
dari leluhurnya dengan tujuan tercapainya kebahagiaan bersama melalui
musyawarah mufakat. Di alam Minangkabau
pemimpin harus berbuat adil. Raja adil raja disembah, Raja tidak adil raja
disanggah. Di dalam mencapai tujuan ada bimbingan pepatah, “Ibarat mengambil
rambut dalam tepung”, Tepung tidak terserak, Rambut tidak putus. Ini maknanya
arif.
Jadi jelaslah hampir seluruh sektor kehidupan dilengkapi dengan
pepatah petitih yang bila digali kembali, maka yakinlah bahwa orang Minangkabau
akan lebih unggul dalam seluruh kehidupan di daerah lainnya. Dasar falsafah
hidup orang Minangkabau memang luas meliputi, susunan masyarakat, pengelolaan masyarakat, perekonomian
masyarakatnya. Keduniaan dan keakhiratan
agar sempurna mesti diatur dalam suatu sistem pergaulan hidup, yang tujuannya
untuk menjadikan kebahagian di dunia dan di akhirat.
GambarAjaran Islam adalah pandangan dan jalan hidup (philosophy
and way of live) sebagaimana yang diajarkan oleh Allah Pencipta Alam di dalam
Kitabullah, adalah bahwa manusia makhluk yang memiliki fisik, ruhaniah,
rasional, sosial, dan mempunyai keyakinan atau beraqidah, yang dalam syarak
(syariat Islam) disebut bertauhid.
Kalau didalami agama (aqidah dan syariat) dan adat (tata laku,
pergaulan, hubungan masyarakat), maka kesimpulan sebenarnya adalah bahwa agama
dan adat menjadi amat penting perannya untuk dapat mempertahankan manusia
sebagai manusia dan masyarakat yang bermakna dan bermartabat.
Tanpa ajaran Islam dan adat Minangkabau yang menekankan pentingnya
kebersamaan, kekeluargaan, seiya setida, berpedoman kepada Kitabullah
(Alquran), manusia Minang bisa saja berubah menjadi ibarat pasir di tepi
pantai, ibarat buih di atas air bah, ibarat hewan di rimba balantara, bahkan
mungkin lebih hina lagi. Pedoman dan pendekatan wahyu penting diperhatikan
supaya sumber daya manusia jangan tergelincir kepada yang membinasakan manusia
dan alam lingkungannya.
Pandangan materialisme, sekularisme, individualisme, hedonisme,
nihilisme dilahirkan oleh otak manusia, terutama di era global tidak mau lagi
memperhatikan petunjuk wahyu dan agama. Bahkan mulai menghindar dari daya yang
dimiliki manusia sendiri, yaitu hati nurani dan perasaan luhur. Kondisi ini
berakibat fatal bagi perkembangan ruhaniyah manusia, berpengaruh sangat kepada
watak kepemimpinan, yang cepat putus asa, melawan arus kehidupan, bahkan bunuh
diri dan sebagainya.
Karena itu, ABSSBK mestinya menjadi political will yang kalau
diterapkan akan punya daya fleksibilitas dan dinamis serta prinsip-prinsip yang
akan menjamin eksitensi manusia tetap sebagai manusia, yaitu makhluk yang
bermoral dan regelius. Pengitegrasian ini penting diupayakan untuk menghadapi
tantangan kehidupan modern dan arus globalisasi.
Keunggulan ada pada Pandai Memenej Waktu
Bila waktu tidak digunakan dengan baik, akan terbuang untuk yang
sia-sia. Seseorang yang tidak mengisi waktunya dengan kebaikan (shalihah),
pastilah ia akan menuai kejelekan (fahisyah). Menyia-nyiakan waktu akan merugi.
Menjaga waktu adalah kejujuran menjaga amanah Allah.
إِذَا ضُيِّعَتِ اْلأَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ، قَالَ: كَيْفَ
إِضَاعَتُهَا يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: إِذَا أُسْنِدَ الأَمْرُ إِلىَ غَيْرِ أَهْلِهِ،
فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ
رواه البخاري
Apabila kejujuran (tanggung jawab) telah disia-siakan, maka
tunggulah waktunya (kebinasaan). Ada orang bertanya: Bagaimanakah caranya
menyia-nyiakan kejujuran (tanggung jawab) itu, ya Rasulullah? Beliau menjawab:
Apabila diserahkan urusan kepada orang yang bukan ahlinya, tunggulah waktunya
(kebinasaan). (Diriwayatkan oleh Bukhari)
Sahabat Abdullah Ibnu Mas’ud RA, telah berkata, “Tidaklah aku
menyesali sesuatu, seperti penyesalanku atas satu hari yang berlalu dengan
terbenamnya matahari, semakin berkurang umurku tetapi tidak bertambah
amalanku.”
Perempuan saleh mengambil faedah waktu dan tempat yang utama.
Tidak melalaikan waktu-waktu shalat karena disibukkan pekerjaan rumah tangga,
atau tugas sebagai ibu dan istri. Shalat
adalah tiang agama. Shalat adalah amal paling utama.
Perempuan menyimpan kata empu. Mengadung arti pemimpin (raja),
orang pilihan, ahli, yang pandai, pintar dengan segala sifat keutamaan.
GambarPerempuan Minang adalah pemimpin — tahu di mudharat jo manfaat, mangana labo jo rugi, mangatahui sumbang jo salah, tahu di unak kamanyangkuik,
tahu di rantiang ka mancucuak, ingek di dahan ka mahimpok, tahu di angin nan
basiruik, arih di ombak nan basabuang, tahu di alamat kato sampai -.
Kepemimpinan Perempuan Minangkabau sangat arif, tahu dengan yang pantas dan
patut. Kearifan adalah asas kepemimpinan masyarakat. Perempuan Minangkabau
disebut bundo sebab pandai menjaga martabat dan punya sikap panutan.
Alquran menyebut perempuan dengan Annisa’ atau Ummahat. Maknanya
sama dengan ibu, atau “Ikutan Bagi Umat” dan tiang suatu negeri.[2]
Masyarakat yang baik lahir dari Ibu yang baik. “Ibu (an-Nisak)
adalah tiang negeri” (al Hadith). Jika kaum perempuan dalam suatu negeri
berbudi pekerti baik (shalihah), niscaya akan sejahtera negeri itu. Sebaliknya,
apabila kaum perempuan di suatu negeri
berperangai buruk (fasad), maka binasalah negeri seluruhnya. Kitab suci
Alquran menempatkan perempuan dengan hak
serta tangung jawab masing-masing, yang sama beratnya, dan menjadi kata
kunci terpeliharanya harkat martabat insaniyah pada jenis yang berbeda antara
lelaki dan perempuan. Hubungan keduanya ada pada posisi azwajan = mitra setara
dan ini modal utama kalau akan menjadi pasangan dalam hidup (lihat Q.S.16:72,
30:21, 42:11).
Laki-laki dan Perempuan punya hak dan kewajiban yang sama,
terutama di dalam membina keluarga di tengah rumah tangganya. Perempuan perekat
silaturrahim. Lelaki pelindung perempuan. Keduanya, punya tanggung jawab sama,
menjaga lingkungan dan kehidupan berjiran bertetangga.
Dalam Pandangan Syarak (Syariat Agama Islam) disebutkan ad-dunya
mata’un, wa khairu mata’iha al mar’ah as-shalihah artinya perhiasan paling
indah adalah perempuan saleh (perempuan yang istiqamah pada peran dan konsekwen
dengan citra-nya).
Rasul SAW bersabda; “Demi Allah, dia tidak beriman, demi Allah,
dia tidak beriman, demi Allah, dia tidak beriman”. Ada yang bertanya; “Siapakah
dia wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yaitu, orang yang tetangganya tidak
merasa aman dari kejahatan-kejahatannya”. (HR. Asy-Syaikhan).
Risalah Agama mengutamakan pendidikan akhlaq. Sebuah bangsa akan
tegak dengan kokoh karena etika moral dan akhlaknya. Etika dan moral itu
dibentuk oleh budaya dan ajaran agama. Moral anak bangsa yang rusak, membuat
bangsa terkoyak.
Rumah tangga sebagai extended family (inti keluarga besar) dalam
budaya Minangkabau menjaga dan mencetak generasi bermoral, dengan filosofi yang
jelas, Adat bersendi syarak – syarak bersendi Kitabullah.
Kaum perempuan (bundo kanduang, pemilik suku) berperan mendidik,
menjaga nikmat Allah. Kaum lelaki (pemilik nasab), membentuk generasi
berdisiplin. Kedua peran ini menjadi satu di dalam tatanan pergaulan masyarakat
adat, dengan kekerabatan yang kuat.
Peranan syarak (agama Islam bersendikan Kitabullah – Alquran dan
Sunnah Rasul), mengikat adat dengan akhlaqul karimah atau etika religi sangat
diperlukan dalam kehidupan masyarakat beradat. Pesan Rasulullah SAW ;
ثلاث من كن فيه وجد طعم الايمان
:
من كان الله ورسوله احب اليه مما سواهما,
ومن احب عبدا لا يحبه الا الله,
ومن يكره ان يعود فى الكفر بعد ان انقذه الله منه كما يكره ان يلقى فى النار.
Artinya, Tiga perkara — barangsiapa terdapat pada dirinya –, dia
akan merasakan lazatnya iman:
Mencintai Allah dan RasulNya lebih daripada selain keduanya,
Mencintai seorang hamba hanya karena Allah,
Benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya
sebagaimana dia benci untuk dilemparkan ke dalam neraka.
(H.R. Imam Bukhari, Muslim, Tarmizi dan Nasa’I).
Perempuan dalam Adat dan Budaya Minangkabau
Dalam adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah – di
Minangkabau, perempuan menempati posisi
pemilik rumah – hiduik batampek, mati bakubua, kuburan hiduik di rumah gadang,
kuburan mati di tangah padang –, dengan
peran induak bareh — nan lamah di tueh,
nan condong di tungkek, ayam barinduak, siriah bajunjuang. Artinya, pengendali
ekonomi keluarga.
PERAN IDEAL perempuan Minangkabau menjadi pemilik suku, ulayat,
pusako, kekayaan, rumah, anak, kaum, dan disebut PADUSI artinya padu isi dengan
sifat utama.
Gambar
(a). benar, (b).jujur lahir batin, (c). cerdik pandai, (d). fasih
mendidik dan terdidik, (e). bersifat malu. Anak urang Koto Hilalang, Handak
lalu ka Pakan Baso, malu jo sopan kalau
lah hilang, habihlah raso jo pareso, apabila malu dan sopan telah hilang
habislah rasa dan periksa. al hayak nisful iman = malu adalah paruhan dari
Iman.
1. Hati-hati, « bakato sapatah di pikiri, bajalan salangkah maliek
suruik, muluik tadorong ameh timbangannyo, kaki tataruang inai padahannyo,
urang pandorong gadang kanai, urang pandareh hilang aka, » – artinya, berkata sepatah dipikirkan, setiap
langkah berjalan memperhatikan apa yang sudah dikerjakan, mulut terdorong emas
timbangnya, kaki tertarung inai padahannya, yang suka pendorong besar kenanya,
dan yang keras mulut pertanda hilang akal –. Fatwa adat mengatakan, « ingek dan jago pado adat, ingek di adat nan
ka rusak, jago limbago nan ka sumbiang, » = jagalah adat selalu, ingat adat
jangan rusak, jaga lembaga jangan sumbing).
2. Yakin kepada Allah (iman
bertauhid), « iman nan tak bulieh ratak
kamudi nan tak bulieh patah, padoman indak bulieh tagelek, haluan nan tak
bulieh ba rubah » — artinya, iman tidak boleh retak, kemudi tidak boleh patah,
pedoman tidak boleh beranjak, haluan tidak boleh berubah –. Wujudnya tampak
dalam kearifan pergaulan, « katiadaan ameh bulieh di cari, katiadaan aka putuih
bicaro, tak barameh putuih tali, tak baraka taban bumi » = tidak ada emas boleh
dicari, tidak ada akal putus bicara, tidak ada emas putus tali, tidak berakal
terban bumi –. Akal adalah anugerah Allah yang wajib di jaga dengan iman. Iman
dikokohkan dengan menjaga aturan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
ياَ غُلاَمُ: احْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ، اِحْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ
وَ إِذَا سَأَلَكَ فَاسْأَلِ اللهَ تَعَالىَ وَ إِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ
عَزَّ وَجَلَّ رواه الترذي
“ Jagalah (perintah) Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah
(perintah) Allah, nanti engkau akan mendapatinya di hadapan engkau. Apabila
engkau meminta, pintalah kepada Allah dan apabila engkau meminta pertolongan,
pintalah pertolongan kepada Allah ‘Azza Wajalla.” (Diriwayatkan oleh Tirmidzi)
3. Perangai berpatutan (istiqamah, konsisten). Perangai akan
menjadi contoh anak cucu atau generasi pelanjut, ” bahimat sabalun abih,
sadiokan payuang sabalun hujan” – artinya, berhemat sebelum habis, sediakan
paying sebelum hujan –. Kewajiban masa depan terpaut kepada pusaka adat turun
temurun.
Keunggulan perempuan Minangkabau, ”maha tak dapek di bali, murah
tak dapek dimintak, takuik di paham ka tagadai, takuik di budi katajua ” =
mahal tidak dapat dibeli, murah tidak dapat diminta, takut pada paham akan
tergadai, takut jika budi akan terjual. Budi dan malu jika telah hilang,
bencana datang tindih bertindih, ”ka ateh indak ba pucuak, ka bawah indak ba
urek, di tangah di giriak kumbang, hiduik sagan mati tak amuah, bagai karakok
tumbuah di batu” = ke atas tidak berpucuk, kebawah tidak berurat, di tengah
dilarik kumbang, hidup segan mati tak bisa, bagaikan kerakap tumbuh di batu.
Mencontohkan watak uswah menyangkut diri sendiri dan hidup
masyarakat, sekarang, besok dan di mana saja, “nan barisuak bukan kini, nan
kini bukan kapatang” = yang besok bukan kini, dan yang kini bukan kemarin.
Maknanya sangat realistis,berpangkal pada usaha
nyata.
4. Kaya hati, tagak badunsanak, mamaga dunsanak, tagak bakampuang,
mamaga kampuang, tagak basuku, mamaga suku, tagak banagari, mamaga nagari,
tagak babangso, mamaga bangso, — artinya, berdunsanak memagar dunsanak,
berkampung memelihara kampung, bersuku menjaga suku, bernegara membentengi Negara, tegak berbangsa menjaga bangsa –.
Watak keperibadiannya sopan santun, kuat dan tegas, berani dan
setia, hemat dan khidmat, muluik manih, kucindan murah, pandai ba gaue samo
gadang – mulut manis kecindan = kelakar menyejukkan, pandai bergaul sesama
besar –, yang tua dimuliakan, yang muda
di kasihi, sama besar saling hormat menghormati.
5. Tabah (redha), haniang ulu bicaro, naniang saribu aka, dek saba
bana mandatang = hening itu pangkal bicara, berfikir naning = ingat itu seribu
akal, karena sabar kebenaran datang. Falsafah hidup beradat menempatkan
perempuan Minang pada sebutan mandeh atau bundo kandung secara simbolik,
limpapeh rumah nan gadang = perhiasan dan pemilik rumah, umban puro pegangan
kunci, umban puruak aluang bunian = pemilik harta pusaka, hiasan di dalam
kampuang, sumarak dalam nagari = hiasan
kampung semarak nagari, sama seperti tiang nagari, nan gadang basa batauah =
yang dimuliakan, dipuja dan bertuah. Maka peran perempuan Minangkabau tiang
utama di dalam rumah gadang. Artinya, menjadi sandaran anak cucu.
6. Jimek (hemat tidak mubazir), di kana labo jo rugi, dalam awal
akia membayang, ingek di paham nan ka tagadai, ingek di budi nan ka tajua, mamakai malu dengan sopan = di ingat laba dan
rugi, sejak awal bertindak akhir tujuan sudah terbayang, ingat paham akan
tergadai, ingat budi akan terjual, dengan memakai malu dan sopan santun. Ciri
utama perempuan Minangkabau “sehayun-selangkah, semalu-sehina”.
أَرْبَعٌ مِنْ سَعَادَةِ المَرْءِ: أَنْ تَكُوْنَ زَوْجَتُهُ صَالِحَةً،
وَ أَوْلاَدُهُ أَبْرَارًا، وَ خُلَطَاؤُهُ صَالِحِيْنَ، وَ أَنْ يَكُوْنَ رِزْقُهُ
فِي بَلَدِهِ رواه الديلمي
عن علي
Empat kebahagiaan manusia: Istrinya perempuan yang saleh,
anak-anaknya orang baik-baik, teman sepergaulannya orang-orang yang saleh dan
rezekinya diperoleh di negerinya. (Diriwayatkan oleh Dailami dari ‘Ali)
Perempuan Shaleh dalam Pandangan Agama Islam
Agama Islam atau syarak menempatkan kaum perempuan dengan watak
yang jelas, ialah mar’ah shalihah = perempuan saleh dan lembut menjaga diri,
memelihara kehormatan, patuh (qanitaat) kepada Allah, hafidzaatun lil ghaibi
bimaa hafidzallahu = memelihara kesucian diri dan CERIA. Tidak ada keindahan
yang melebihi “indahnya wanita saleh” (Al Hadith). Perempuan Minang dan saleh
amatlah pandai menjaga waktu.
1. Perempuan Saleh takut
kepada Tuhan, diawasi Allah.
Perempuan saleh tidak menyia-nyiakan waktu tanpa faedah serta kuat
mengoreksi diri setiap saat. Rasulullah SAW mengabarkan perbedaan antara orang
yang berdzikir (koreksi diri) dengan yang tidak, seperti perbedaan antara orang
hidup dan orang mati. Rasul bersabda,
مثل الذي يذكر ربه والذي لايذكر ربه مثل الحي والميت
Artinya, Perbandingan antara orang yang mengingat tuhan dengan
yang tidak mau mengingat tuhannya, sama seperti perumpamaan antara orang yang
hidup dan yang mati (HR. Imam Bukhari, Shahih al Bukhari, Kitab Ad Da’wat).
2. Perempuan saleh tahu
tempat utama, Responsif terhadap lingkungan
Piawai dan Mandiri, teguh dan kokoh, Watak mulia, Lembut hati,
Penyabar, Penyayang sesama, Keras mempertahankan Harga Diri, Tegas, Kuat Iman
dalam melaksanakan suruhan Allah, Pendamai, Suka memaafkan, Mampu menjadi
pemimpin masyarakatnya (contohnya Sayidatina ‘Aisyah).
مَا كَانَ الرِّفْقُ فيِ شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ نُزِعَ مِنْ شَيْءٍ
إِلاَّ شَانَهُ رواه الضياء
عن أنس
Lemah lembut dalam sesuatu (urusan) menyebabkan indahnya dan kalau
dia dicabut dari sesuatu, niscaya akan memburukkannya. (Diriwayatkan oleh Dhia
dari Anas)
Gambar
Kepiawaian tumbuh karena teguh melaksanakan kewajiban ;
kewajiban kepada Rabb-nya,
kewajiban kepada orang tuanya,
kewajiban kepada suaminya,
kewajiban terhadap anaknya,
kewajiban terhadap kaum kerabatnya (sukunya),
kewajiban terhadap tetangga,
kewajiban terhadap saudara dan temannya, dan
kewajiban terhadap masyarakatnya.
3. Perempuan Saleh selalu
taat beribadah.
Berpengaruh pada tata laku, bermuara kepada mode pakaian yang
dipakai (buktinya di Sumbar berpakaian saruang, kodek, baju kuruang, salendang,
tikuluak, dsb).[3]
Perempuan Saleh tahan uji (shabar), disiplin (istiqamah), pandai
memanfaatkan apa yang dimiliki untuk mewujudkan kebahagiaan (syukur ni’mah),
merangkai keberhasilan, hemat, qanaah.[4]
Perempuan saleh di Minangkabau yang taat, senantiasa bermohon taufik kepada Allah dalam
merealisasikan semua cita yang sedang di emban dalam meraih masa depan yang
lebih bermartabat dengan mempertajam akal fikiran yang jernih.
إِذَا أَرَادَ اللهُ إِنْفَاذَ قَضَائِهِ وَ قَدَرِهِ سَلَبَ ذَوِي العُقُوْلِ
عُقُوْلَهُمْ حَتَّى يَنْفُذَ فِيْهِمْ قَضَاؤُهُ وَ قَدَرُهُ. فَإِذَا قَضَى أَمْرَهُ
رَدَّ عُقُوْلَهُمْ وَ وَقَعَتِ النَّدَامَة ُ رواه الديلمى عن أنس
Apabila Allah hendak melaksanakan putusan atau hukuman-NYA,
dicabut akal orang yang mempunyai akal sampai terlaksana ketentuanNya itu.
Setelah hukuman itu selesai akal mereka dikembalikan dan timbullah penyesalan.
(Diriwayatkan oleh Dailami dari Anas)
4. Perempuan saleh,arif
menetapkan Majlis yang baik.
Sesuai tabiatnya, perempuan Minangkabau yang saleh tidak mungkin
hidup sendiri. Dia harus mempunyai teman berbincang. Teman paling ideal adalah
yang punya akhlak mulia.[5]
5. Perempuan Saleh mengejar
Keberhasilan Memacu diri
membaca bacaan yang bermanfaat seperti telah didorong oleh
perintis pendidikan perempuan (Rohana Kudus, Rahmah el Yunusiyah), yang dengan
bimbingan syarak mengajarkan kepada setiap muslimah untuk memperbanyak membaca
Al-Qur’anul Karim, menghafal serta menyimaknya. [6]
6. Perempuan Minangkabau
mempunyai Prinsip Teguh,
Toleran bergaul, lemah lembut bertutur kata, tegas melawan
kejahatan, kokoh menghadapi percabaran budaya dan tegar menghadapi percaturan
dunia, sanggup buat lingkungan sehat, bijak menata pergaulan baik dan nyaman,
tahu diri, hemat, dan tidak malas. Pesan Rasulullah SAW; ”Jauhilah hidup
ber-senang-senang (foya-foya), karena hamba-hamba Allah bukanlah orang yang
hidup bermewah-mewah (malas dan lalai)” (HR.Ahmad).
Kesombongan dan maksiat sangat dimurkai oleh Allah.
أَرْبَعَةٌ يُبْغِضُهُمُ اللهُ تَعَالىَ: البَيَّاعُ الحَلاَّفُ، وَ الفَقِيْرُ
المُخْتَالُ، وَ الشَّيْخُ الزَّانِي، وَ الإِمَامُ الجَائِرُ رواه النسائي
Empat golongan yang dibenci Allah: Saudagar yang gemar bersumpah,
orang miskin yang sombong, orang tua yang suka berzina dan pembesar yang aniaya
(kejam). (Diriwayatkan oleh Nasa’i)
7. Perempuan Saleh mampu
Menghadapi Perubahan
tanpa harus tercerabut dari nilai-nilai moral dan tatanan
pergaulan.
Lapang hati yang dipunyai oleh setiap insan yang hidup hanya dapat
di bangun dengan ingat kepada Allah semata.
إِنَّ اللهَ تَعَالىَ يَقُوْلُ
أَنَا مَعَ عَبْدِي مَا ذَكَرَنِي وَ تَحَرَّكَتْ بِي شَفَتَاهُ– رواه
أحمد عن أبي هريرة
Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman: Aku bersama (menolong)
hambaKu, selama dia menyebut (mengingati) Aku dan masih bergerak bibirnya
menyebut namaKu. (Diriwayatkan oleh Ahmad dari Abu Hurairah)
8. Perempuan Minangkabau
mampu melakukan pengawasan
Terhadap diri dan turunannya sepanjang masa. Menghindari prilaku cela, yaitu dusta
(bohong), mencuri dan caci maki, sesuai sabda Rasulullah SAW; “Jauhilah dusta,
karena dusta itu membawa kepada kejahatan, dan kejahatan membawa kepada neraka”
(Hadith Shahih). Disini peran perempuan sangat dominan di tengah rumah kaum dan
sukunya. [7]
9. Melaksanakan amar
makruf (social support) dan nahyun anil munkar (social control) untuk kejayaan
dunia akhirat.
وَ الَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَأمُرُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ وَ لَتَنْهَوْنَ
عَنِ اْلمُنْكَرِ أَوْ لَيُوْشِكَنَّ اللهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْهُ،
ثُمَّ تَدْعُوْنَهُ فَلاَ يَسْتَجِيْبُ لَكُمْ
تيسير الوصول
Demi Tuhan yang diriku dalam tanganNya! Hendaklah kamu menyuruh
perbuatan baik dan kamu mencegah perbuatan salah, atau (kalau tidak), nanti
Allah dalam masa yang dekat akan menimpakan kepada kamu siksaanNya, kemudian
itu kamu mendo’a kepadaNya dan doa kamu tidak diperkenankanNya. (Dari kitab
Taisirul Wusul)
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ
بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung.”(QS. Ali Imran, 3 : 104 )
Dalam Konsep Islam, perempuan saleh bergaul dengan ma’ruf dan
ihsan, kasih sayang dan cinta, lembut dan lindung, berkehormatan, berpadu hak
dan kewajiban. Kata azwajan menggambarkan kokoh peran perempuan dalam wadah
keluarga besar (extended family).[8] [7] Rasulullah SAW menyebutkan, “Sorga
terletak dibawah telapak kaki Ibu”(al Hadith). Tata krama pergaulan dimulai
dari penghormatan di rumah tangga, lingkungan tetangga dan pergaulan warga
masyarakat (bangsa).
Gambar
Dalam Etika religi dimulai dari mengucap salam, menyebar senyum,
jenguk menjenguk, bertakziyah kala kemalangan, memberi dan mengagih
pertolongan, melapangi jika kondisi memungkinkan, walau hanya memberi sepotong
doa dengan ikhlas sesama tetangga. Dzikrullah
melahirkan pemikiran bersih, jernih dan diterima oleh semua pihak. Di
dalamnya ada hikmah. Inilah keuntungan utama dari dzikrullah itu.
صَنَائِعُ المَعْرُوْفِ تَقِى مَصَارِعَ السُّوْءِ، وَ الصَّدَقَةُ خَفِيًّا
تُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ، وَصِلَةُ الرَّحِمِ تَزِيْدُ العُمْرَ، وَ كُلُّ مَعْرُوْفٍ
صَدَقَةٌ وَ أَهْلُ المَعْرُوْفِ فيِ الدُّنْيَا، هُمْ أَهْلُ المَعْرُوْفِ فيِ الآخِرَةِ،
وَ أَهْلُ المُنْكَرِ فيِ الدُّنْيَا، هُمْ أَهْلُ المُنْكَرِ فيِ الآخِرَةِ، وَ أَوَّلُ
مَنْ يَدْخُلُ الجَنَّةَ أَهْلُ المَعْرُوْفِ رواه الطبراني عن أم سلمة
Perbuatan baik itu menjaga dari serangan bahaya, sedekah dengan
sembunyi memadami marah Tuhan, memperhubungkan silaturahmi menambah umur dan
setiap perbuatan baik itu sedekah. Orang yang mengerjakan perbuatan baik di
dunia, mereka juga orang yang mengerjakan perbuatan baik di akhirat, sedang
orang yang memperbuat kesalahan di dunia, mereka juga orang yang memperbuat
kesalahan di akhirat. Orang yang dahulu masuk surga ialah orang yang berbuat
baik. (Diriwayatkan oleh Thabrani dari Ummu Salamah)
Khulashah
Kepemimpinan perempuan yang tulus akan mencetak generasi yang
berwatak taqwa, focus dalam berkarya (amal) dan kaya dengan rasa malu. Karakter
ini mewarnai masyarakat tradisonal yang mewarisi tamaddun (budaya). Inilah
peran perempuan menurut adat di Minangkabau hari ini dan masa datang dalam
bimbingan syarak (agama) Islam. Dalam bimbingan Rasulullah SAW ada sinyalemen
tentang tujuh watak yang menempati posisi mulia dan semstinya direbut;
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ فيِ ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ: إِمَامٌ
عَادِلٌ وَ شَابٌّ نَشَأَ فيِ عِبَادَةِ اللهِ، وَ رَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ بِالْمَسْجِدِ
إِذَا خَرَجَ مِنْهُ حَتَّى يَعُوْدَ إِلَيْهِ، وَ رَجُلاَنِ تَحَابَّا فيِ اللهِ اجْتَمَعَا
عَلَيْهِ وَ افْتَرَقَا عَلَيْهِ، وَ رَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ فيِ خَلْوَةٍ فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ،
وَ رَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصَبٍ وَ جَمَالٍ إِلىَ نَفْسِهَا، فَقَالَ:
إِنِّي أَخَافُ اللهَ رَبَّ العَالَمِيْنَ، وَ رَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا
حَتىَّ لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ رواه الشيخان
Tujuh golongan akan dinaungi Allah di bawah lindunganNya, di waktu
tidak ada lindungan selain lindunganNya: Imam (kepala pemerintah) yang adil,
pemuda yang mempergunakan masa mudanya untuk menyembah Allah, seseorang yang
hatinya tergantung di mesjid apabila dia keluar dari mesjid sampai dia kembali
ke mesjid, dua orang berkasih sayang karena Allah, keduanya berkumpul karena
Allah dan berpisah karena Allah, seseorang yang mengingati Allah ketika
sendirian, lalu menetes air matanya, seorang laki-laki yang dirayu oleh seorang
perempuan yang bangsawan dan rupawan, lalu dia menjawab: Sesungguhnya aku takut
kepada Allah, Tuhan semesta alam dan seseorang yang bersedekah dengan
sedekahnya, lalu disembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa
yang dinafkahkan oleh tangan kanannya. (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)
Berdasarkan hadist ini dapat disimpulkan ada beberapa upaya yang
perlu dilakukan, antara lain ;
1. Ilmu dan iman akan
mendorong setiap diri umat manusia sanggup hidup mandiri. Nilai-nilai agama (syarak) dalam konsep
mencari ridha Allah, adalah Akhlak Mulia dan memadukannya dengan pengetahuan
dan keterampilan.
إِنَّ مِنْ أَخْلاَقِ المُؤْمِنِ قُوَّةً فيِ دِيْنٍ وَ حَزْمًا فيِ لِيْنٍ
وَ إِيْمَانًا فيِ يَقِيْنٍ وَ حِرْصًا فيِ عِلْمٍ وَ شَفَقَةً فيِ مِقَةٍ وَ حِلْمًا
فيِ عِلْمٍ وَ قَصْدًا فيِ غِنًى وَ تَجَمُّلاً فيِ فَاقَةٍ وَ تَحَرُّجًا عَنْ طَمَعٍ
وَ كَسْبًا فيِ حَلاَلٍ وَ بِرًّا فيِ اسْتِقَامَةٍ وَ نَشَاطًا فيِ هُدًى وَ نَهْيًا
عَنْ شَهْوَةٍ وَ رَحْمَةً لِلْمَجْهُوْدِ.
Sesungguhnya termasuk akhlak (budi pekerti) orang beriman ialah
kuat memegang agama, tegas dengan sikap, ramah lembut, beriman dengan
keyakinan, loba kepada pengetahuan, memberi bantuan dengan perasaan belas
kasihan, ramah tamah dalam berilmu, hidup sederhana di waktu kaya, berhias di
waktu miskin, memelihara diri dari loba tamak, berusaha di jalan yang halal,
tetap berbuat baik, rajin dalam menjalankan pimpinan yang benar, membatasi diri
dari keinginan nafsu dan kasih sayang terhadap orang yang sengsara.
2. Allah menghendaki
kelestarian Agama dengan mudah, luwes, elastis, tidak beku dan tidak
bersitegang. “Diciptakan manusia dengan perangai yang baik (terpuji)”.
Pencerahan diri dibentuk oleh latar pendidikan dan pengalaman hidup dengan
modal selalu mendekatkan diri kepada Allah. Tujuan akhir yang diraih dalam
gerak kehidupan adalah redha Allah. Menuju redha Allah dicapai melalui ‘al-qalb
al-salim ‘ (hati yang salim, tenteram dan sejahtera). Kebaikan hati awal dari
kebaikan jiwa dan jasad.
إِذَا أَرَادَ اللهُ بِعَبْدِهِ خَيْرًا فَتَحَ لَهُ قُفْلَ قَلْبِهِ
وَ جَعَلَ فِيْهِ الْيَقِيْنَ وَ الصِّدْقَ وَ جَعَلَ قَلْبَهُ وَاعِيًا لِمَا سَلَكَ
فِيْهِ وَ جَعَلَ قَلْبَهُ سَلِيْمًا وَلِسَانَهُ صَادِقًا وَ خَلِيْقَتَهُ مُسْتَقِيْمَةً
وَ جَعَلَ أُذُنَهُ سَمِيْعَةً وَ عَيْنَهُ بَصِيْرَةً رواه الشيخ عن أبي ذر
Apabila Allah hendak mendatangkan kebaikan kepada hambaNya
dibukakan kunci hatinya dan dimasukkan ke dalamnya keyakinan dan kebenaran dan
dijadikan hatinya menyimpan apa yang masuk ke dalamnya dan dijadikan hatinya
bersih, lidahnya berkata benar, budinya lurus, telinganya sanggup mendengar dan
matanya melihat dengan terang. (Diriwayatkan oleh Syekh dari Abu Zar).
3. Membentuk effectif
leader haruis mempunyai sahsiah (personality) yang selalu ingat kepada Allah
menuju inti dari syarak dalam agama Islam (tauhid dan akhlak).
أَطِبِ الكَلاَمَ، وَ أَفْشِ السَّلاَمَ، وَ صِلِ الأَرْحَامَ، وَ صَلِّ
بِالَّلْيلِ وَ النَّاسُ نِيَامٌ، ثُمَّ ادْخُلِ الْجَنَّةَ بِسَلاَمٍ رواه ابن حبان عن أبي هريرة
Ucapkanlah perkataan dengan baik, kembangkanlah ucapan memberi
salam, perhubungkanlah silaturahmi dan sembahyanglah di waktu malam ketika
orang banyak sedang tidur, sesudah itu masuklah ke dalam surga dengan selamat.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dari Abu Hurairah).
Gambar4. Profil
kepemimpinan perempuan di Minangkabau yang ideal berada pada kepemimpinan
sentral, di tengah keluarganya, menjadi pemilik seluruh kekayaan, rumah, anak,
suku dan kaum, sebagai “biaiy, dan mandeh”. Makna sosiologis adalah,
memposisikan lelaki pasangan (azwajannya) pada peran pelindung, pemelihara dan
penjaga marwah anak turunannya, dengan hati tenang, santun, pergaulan akrab,
silaturahim, ibadah teratur, bijak memanfaatkan waktu baik, untuk dapat meraih
redha Allah.
مَا كَرِهْتَ أَنْ يَرَاهُ النَّاسُ مِنْكَ فَلاَ تَفْعَلْهُ بِنَفْسِكَ إِذَا خَلَوْتَ رواه ابن حبان عن أسامة بن شريك
Apa yang engkau tidak suka dilihat orang banyak datang dari
engkau, janganlah engkau perbuat dengan diri engkau ketika engkau sendirian.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dari Usamah bin Syuraik)
5. Senantiasa berdoa
kepada Allah Subhanahu wa Taala.
اللَّهُمَّ اصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا وَ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا وَ
اهْدِنَا سُبُلَ السَّلاَمِ وَ نَجَّنَا مِنَ الظُّلُمَاتَ إِلىَ النُّوْرِ وَ جَنِّبْنَا
الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ وَمَا بَطَنَ،
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فيِ أَسْمَاعِنَا و أَبْصَارِنَا وَ قُلُوْبِنَا
وَ أَزْوَاجِنَا وَ ذُرِّيَاتِنَا وَ تُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ،
وَ اجْعَلْنَا شَاكِرِيْنَ لِنِعْمَتِكَ مُثْنِيْنَ ِبهَا قَابِلِيْنَ لَهَا وَ أَتِمَّهَا
عَلَيْنَا رواه الحاكم عن ابن مسعود
Ya Allah! Perbaikilah hubungan antara sesama kami, susunlah
(satukanlah) hati kami, pimpinlah kami kepada jalan keselamatan, keluarkanlah
kami dari kegelapan kepada cahaya yang terang, jauhkanlah kami dari perbuatan
keji, yang terang dan yang tersembunyi. Ya Allah! Berilah kami keberkatan
berkenaan dengan pendengaran kami, penglihatan kami, hati kami, istri (suami)
kami dan anak cucu kami. Terimalah tobat kami sesungguhnya Engkau Penerima
tobat dan Penyayang. Jadikanlah kami orang yang mensyukuri nikmat engkau,
menghargai nikmat itu, menerimanya dengan baik dan cukupkanlah nikmat itu untuk
kami. (HR. Hakim dari Ibnu Mas’ud)
Mudah-mudahan Allah Taala memberi kita kekuatan senantiasa dapat
menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Amin
Maraji’ :
1. Ustadz Sulaiman Ibn Muhammad, Kaifa Taqdhi Al-Mar-atul
Muslimah Waqtaha.
2. Abdullah Ibnu Jarullah Ibrahim al Jarullah, Risalah Ila Kulli
Muslim.
3. Dr. Muhammad Ali Al Hasyimiy, Syakhshiyah Al-Mar’ah
Al-Muslimah.
4. Ummu Abdillah An Nawawi, Hadits Arba’in An-Nawawi.
[1] Disampaikan ralam
rangka Pelantikan Pengurus Bundo Kanduang Kota Padang, yang di adakan di
Padang, pada tanggal 9 Januari 2013, oleh Ketua Umum Forum Keswaspadaan Dini
Masyarakat (FKDM) Provinsi Sumatera Barat,
bertempat di Palanta Kediaman Walikota Padang, Jalan A.Yani, Padang,
Sumatera Barat.
[2] Bila Annisa’‑nya baik, baiklah negeri itu, dan kalau sudah
rusak, celakalah negeri itu (Al Hadits). Kaidah Alqurani menyebutkan, Nisa’‑nisa’ kamu adalah perladangan
(persemaian) untukmu, kamupun (para lelaki) menjadi benih bagi Nisa’‑nisa’ kamu. Kamu dapat mendatangi ladang‑ladangmu darimana (kapan saja). Karena itu kamu
berkewajiban menjaga anfus (diri, eksistensi dan identitas) sesuai
perintah Qaddimu li anfusikum, dengan selalu bertaqwa kepada Allah (Q.S.2:23).
[3] Dalam khazanah syarak
kita menemui hadith Rasulullah SAW sebagai riwayat Abdullah bin Mas’ud, “Aku
bertanya kepada Rasulullah saw, apakah amal yang paling utama?” Beliau
menjawab, “Shalat tepat pada waktunya.” Aku bertanya, kemudian apa lagi? Beliau
menjawab, “Berbakti kepada orang tua.” Aku bertanya, kemudian apa lagi? Beliau
menjawab, “Jihad di jalan Allah.” (Muttafaq Alaih).
[4] Sesuai sabda Rasulullah
saw dalam sebuah hadith qudsy Allah berfirman, “Hambaku senantiasa mendekatkan
diri kepadaKu dengan melaksanakan shalat-shalat nafilah hingga Aku mencintainya.
Jika Aku sudah mencintainya, maka Aku menjadi pendengarannya, dengannya dia
mendengar, Aku menjadi penglihatannya, dengan itu dia melihat, Aku menjadi
tangannya, dengan itu pula dia bertindak (sehingga dia tidak pernah merasa
cemas dan takut di dalam meraih cita2nya), Aku menjadi kakinya, dengan itu dia
berjalan. Jika dia memohon kepadaKu maka Aku benar-benar akan memberinya dan
Jika dia meminta perlindungan kepadaKu maka Aku benar-benar akan
melindunginya“. (HR.Al-Bukhari).
[5] Sabda Nabi SAW,
“Sesungguhnya perumpamaan teman yang baik dengan teman yang buruk adalah
seperti pembawa minyak wangi dengan seorang pandai besi“. (HR. Al-Bukhari dan
Muslim). Orang-orang yang mendapatkan taufik dari Allah selalu menjaga waktu
mereka untuk hal-hal yang benar-benar bermanfaat. Seorang sahabat terkenal,
Abdullah Ibnu Mas’ud telah berkata, “Tidaklah aku menyesali sesuatu, seperti
penyesalanku atas suatu hari yang berlalu dengan terbenamnya matahari, semakin
berkurang umurku tetapi tidak bertambah amalanku.“
[6] Rasul saw bersabda,
“Orang yang membaca Al-Qur’an sedang dia terbata-bata dalam membacanya serta
kesulitan dalam membacanya maka dia mendapatkan dua pahala, sedangkan orang
yang membaca dengan mahir maka dia bersama para penulis kitab (malaikat) yang
mulia lagi berbakti.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Perempuan Minangkabau sejak
masa lalu selalu berdzikir kepada Allah, satu amalan yang mudah, dimana setiap
orang mampu melakukannya, baik kaya maupun miskin, berilmu maupun tidak, perempuan
maupun pria, besar ataupun kecil. Berdzikir kepada Allah dalam setiap keadaan.
Rasulullah SAW mengabarkan perbedaan antara orang yang berdzikir kepada Allah
dengan orang yang tidak berdzikir, seperti perbedaan antara orang yang hidup
dan orang yang mati. Sabda Rasul, “Barangsiapa yang bangun di malam hari
kemudian mengucapkan, “Laa ilaaha wahdahu laa syariika lah, lahul mulku wa
lahul hamdu bi yadihil khair yuhyi wa yumiitu wa Hua ala kulli syai’in qadiir,
subhanallah wal hamdulillah wa laa ilaaha illallah wallaahu akbar wa laa haula
walaa quwwata illa billah.” Kemudian dia berdo’a, “(Ya Allah ampunilah aku)
niscaya akan diterima do’anya. Dan jika dia berwudhu (untuk shalat) niscaya
diterima shalatnya“. (HR. Al-Bukhari).
[7] Perempuan Minangkabau
sangat bijak mendidik anak-anak yang menjadi tanggung jawab yang agung. Seorang
anak di Minangkabau, lebih takut kehilangan ibunya dari pada kehilangan
bapaknya. Inilah satu tanggung jawab
besar bagi perempuan Minangkabau, membentuk dan memberi warna dari generasi
pengganti, karena seorang ibu lebih dekat kepada anak-anaknya ketimbang yang
lainnya. Seorang ibu (perempuan Minangkabau) selalu menerapkan amar makruf nahi
munkar, sebagaimana dinasehatkan dalam satu hadith dari Abu Said Al-Khudri dia
berkata, “Aku telah mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘Barang-siapa di antara
kalian melihat kemungkaran hendaklah dia mengubah dengan tangannya, jika tidak
mampu maka ubahlah dengan lisan (nasihat). Dan jika tidak mampu maka hendaklah
meng-ubahnya dengan hati (tidak senang dengan kemungkaran itu) dan itulah
selemah-lemah iman’.” (HR. Muslim).
[8]
Penghormatan kepada Ibu menempati urutan kedua sesudah iman kepada Allah
(konsep tauhidullah). Bersyukur kepada Allah dan berterima kasih kepada Ibu.
Hubungan hidup duniawi wajib dipelihara baik dengan jalinan ihsan (lihat QS.
31, Luqman : 14-15). Kandungan nilai pendidikan dan filosofi ini terikat kasih
sayang. Hakikinya semua terjadi karena Rahman dan RahimNya, dan semuanya
berakhir dengan menghadapNya. Maka kewajiban asasi insani menjaga diri dan
keluarga dari bencana (QS. At Tahrim :6). Dengan memakai hidayah religi
Alqurani.
